Wednesday, April 12, 2023

 SANG PENAKLUK ANGAN 

Oleh : Muh ikhlas asrul sani 

 Sebelum paras mentari terlukis jelas dihadapku 
Timbul bak ingin mengintip paras mungilmu 
Kalimat selamat pagi tak hilang dibenakku 
Sebelum kedipan mata sang mentari menatapmu 
Seakan penuh harap menyilaukan kedua mataku 
Dikala ingin ku pandang estetika parasmu 
Yah.. 
wajah yang tak kutemui keluh kesah itu 
Yang kau selip dan sembunyikan slalu 
Dibalik lukisan senyum manismu 
Yang tercitra begitu indah nan memukau 
Hingga aku seakan lupa akan kesahku 
Kemarin, hari ini dan entah esok waktu 
Yah.. 
paras mungil nan imut itu 
Bak rupa malaikat hinggap dilangit kelabu
 Tuk menyaksikan romansa kisah cinta aku dan engkau 
Yang takkan terlekang dan terhempas oleh waktu 
Tak peduli pahit manis kisah bersamamu 
Perhatian dan hadirmu disisi harapku,.. 


 Samata, 25102016

Monday, September 23, 2019

AKU, KALIAN, TONDONG TALLASA dan BAHAGIA

AKU, KALIAN, TONDONG TALLASA dan BAHAGIA
Karya : Muhammad Ikhlas Asrul Sani






Aku adalah insan dengan kesederhanaan
Tempat segala kekurangan
Aku tidaklah tampan, cantik dan jua kaya,
Akulah wadah Keluh kesan dan derita.

Bersamaku kau tidak kan temukan harta,
Bersmakau kau tidak kan temukan wanita,
Tapi aku hanya mampu memberikanmu waktu,
Waktu luang tuk kau berbagi keluh dan kesah.

Kalian itu tidaklah cantik,
Kalian itu tidaklah tampan,
Kalian tidaklah kaya dan miskin bagiku,
Kalian tidaklah baik dan buruk bagiku.

Sebab kalian adalah sahabat
Yang mampu membuatku tersenyum.
Kalian adalah sekumpulam insan yang dikirimkan tuhan,
Sebagai pengobat luka derita kehidupanku.

Sahabatku. Dahulu kita pernah bersua,
Bercanda tawa dalam satu irama,
Menikmati indah dan suramnya kehidupan dunia,
Berbagi bahagia dan keluh kesah,
Tiada pernah kita harap waktu kan memisah.

Kini.... Waktu telah menggariskan jarak diantara kita,
Memisah kau dan aku dengan sayatan luka.
Walau kutahu hakikat dari pertemuan ialah perpisahan,
Tapi... Jujur aku belum siap tuk kalian tinggalkan.

Sahabatku.... Kau beranjak bukan karena kau benci.
Kau beranjak bukan karena tak bahagia.
Kau tidaklah pergi dariku tuk selamanya.
Kau hanya berpindah tempat tuk pencarian jati diri.

Hari ini kuteringat senyum tawamu,
Terlihat jelas estetika lukisan senyum di wajahmu.
Membuatku tak ingin beranjak dari lamunanku,
Sebab aku merasakan perjumpaan dalam lamunan.

Walaupun kau telah berada jauh dariku,
Terpisah jarak dan waktu,
Kuharap rasa, tawa, sedih dan bahagia,
Masih bersarang dalam hati dan relung jiwamu, sahabatku...

Tondong Tallasa, 22/09/2019

TAK MAMPU KURAMAL PERJUMPAAN

TAK MAMPU KURAMAL PERJUMPAAN
Karya : Isdhar Mantovani




Kita berjumpa di waktu yang tak pernah diramalkan,
Seumpama hujan dan panas yang hadirnya tak kuduga dari awal mula.
Kita juga bercerita dalam suasana yang tak pernah diharapkan,
Bertukar tangis dan tawa saat malam sedang menapaki puncaknya.

Kita pernah jatuh di hati yang lain.
Kita juga punya kerumpangan di setiap sisi kita.
Kita sepasang manusia yang hampir saja lelah.
Kita ingin menjaga diri kita berdua.

Aku berharap bahwa semesta berbaik hati,
Membuka setiap jengkal sekat yang membatasi,
Mendekatkan sepasang jiwa yang terpatri,
Hingga menjadi dua insan yang melengkapi.

Adaku semoga yang tak lagi ia ragukan.
Hadirku semoga perihal apa yang pernah ia harapkan.
Dan aku adalah yang ia percaya menjadi jawaban,
akhir penantian dari banyaknya ragam bentuk pencarian.


Mamuju, 18 september 2019

Thursday, September 19, 2019

PESAN KALBU UNTUK KEKASIH


PESAN KALBU UNTUK KEKASIH

Karya : Muhammad Ikhlas Asrul Sani


Malam ini kudengar lantunan suara angin malam yang bernyanyi.
Sembari kucari jawab atas pertanyaan dalam benakku
Tentang ada apa denganku malam ini?
Yang kian tiada hentinya bertanya dalam hati.

Entah. Aku pun tak paham dengan diriku sendiri,
Yang aku paham hanyalah aku merindu kamu saat ini.
Yang aku ingat hanyalah kenangan bersamamu diwaktu itu,
Kuhabiskan waktu panjangnya malam bersamamu.

Tapi, entah. Saya tak tahu jua bagaimana dan ada apa denganku saat ini.
sepertinya saya harus belajar bersikap bodoh amat,
Dengan dunia yang ternoda oleh kata cinta,
Dan mulai belajar tuk  berdamai dengan keadaan.

Entah bagaimana caraku berjumpa denganmu aku tak tahu,
Agar jeratan rindu yang terlilit d leher hati bisa segera aku lepaskan,
Agar sayatan luka segumpal darah di samping jantungku,
Segera bisa terobati dan pulih kembali.

Karena kuyakin kasih yang aku titipkan padamu,
Masih kau jaga dan akan kau balas,
Hingga kelak aku mendengar kata kembali kasih darimu,
Seperti halnya keyakinanku terhadap tuhanku.

Yang menyuguhkan begitu banyak keindahan di dunia,
Dan harapku salah satu insan yang di hinggapi keindahan itu ialah kamu.
Sebagaimana indah dan manisnya madu bunga mawar,
Yang dihinggapi kumbang ditaman alam damai.


Makassar, 20 September 2019

Wednesday, September 18, 2019

SEBATAS GARIS LUKA

SEBATAS GARIS LUKA

Muhammad Ikhlas A.S



Aku pernah mencinta dan mendamba,
Seorang makhluk indah nan sempurna ciptaan tuhan.
Aku pernah berharap untuk memiliki,
Saling menyatu dalam ikatan janji suci.

WAlau akhirnya semua itu lenyaplah sudah,
Tiada sempat aku peluk walau sebatas bayangan,
Mengarungi luasnya dunia bersamamu,
Apatah lagi memeluk tubuh indahmu.

Tapi biarlah kau dan semua kenangan berlalu,
Aku sebut itu sudah takdir tuhan.
Tapi tenanglah, dirimu akan menetap dalam diriku,
Sebab kau tetaplah puisi terindah kehidupanku.

Sampai kelak aku akan tersadar dari mimpiku,
Bahwa kau takkan pernah kembali untukku.
Biarlah tetesan hujan menjadi gerimis,
Bersaksi bahwa cinta kau dan aku sebatas garis luka hati.


Makassar, 19 September 2019

RASA TAK BERTUAN


RASA TAK BERTUAN

Karya : Muhammad Ikhlas A.S


Bagaimana rasanya jika kau diposisiku?
Merasakan sepi yang tiada henti,
Menanti balas kasih dari seorang gadis,
Yang tiada kau tahu kasih dan sayangnya.

Bagaimana rasanya jika kau jadi aku?
Berteman hening dalam sepi,
Menanti kasih tak terbalas,
Dan kau tiada teman hati tuk berbagi.

Sedih bukan? Padahal jika ia sadar,
Bahwa aku sangat ingin mendayung,
Sebuah sampan sederhana beratap daun nipah,
Dalam mengaruhi bahtera asmara bersamanya.

Ah, sudahlah. Terlalu panjang jika aku jelaskan,
Biarlah semua itu jadi harapan,
Yang aku simpan rapi dalam kotak kenangan,
Jika kelak rindu itu datang aku akan temani hingga pulang.

Tapi, jika kelak rindu menghilang,
Biarlah aku balut dengan kesedihan,
Jelas aku tidak akan keberatan,
Jika ia hanya datang untuk meninggalkan sayatan luka mendalam.


Makassar, 19 September 2019

Tuesday, September 17, 2019

Forum Komunikasi Mahasiswa Tondong Tallasa Pangkep (FKMT-P) Peduli Sesama


Forum Komunikasi Mahasiswa Tondong Tallasa Pangkep

(FKMT-P) Peduli Sesama


Muhammad Ikhlas A.S
Selasa, 17 September 2019 22:20

Tondong Tallasa - Mahasiswa asal Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkajen Kepulauan, Sulawesi Selatan yang tergabung dalam lembaga Forum Komunikasi Mahasiswa Tondong Tallasa Pangkep (FKMT-P) melakukan aksi peduli kemanusiaan dengan cara menggalang dana untuk korban  kebakaran yang ada di desa Bonto birao, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep pagi hari tadi, (Selasa, 17/09/2019).

Aksi kemanusiaan peduli sesama tersebut berlangsung di desa Bonto Birao, Kecamatan Tondong Tallasa.

Muhammad Fahmi Bangsawan selaku ketua umum FKMT-P mengungkapkan “hati saya sangat terketuk setelah melihat kejadian tadi pagi dimedia seosial, walaupun saya tidak menyaksikannya langsung di TKP tapi saya bisa merasakan apa yang para korban rasakan, maka dari itu saya  dan teman-teman berinisiatif membuka donasi untuk para korban,” Tangkasnya.

 “Dalam kegiatan penggalangan dana ini bantuan bisa berupa dalam bentuk Uang Tunai, Sembako, dan pakaian bekas layak pakai. Bantuan dalam bentuk uang tunai bisa di kirim ke No. Rek  BRI 022301011131535 A.N. MUH FAHMI BANGSAWAN atau bisa menghubungi saya langsung di kontak person 0813 5644 6136,” tangkas ketua umum FKMT-P.

“Penggalangan dana ini dilakukan bukan hanya untuk masyarakat Tondong Tallasa, akan tetapi kami tidak membatasi untuk siapapun yang mau berdonasi dalam peduli sesame,” ungkap ketum.
Kegiatan ini selain mencari dana untuk korban bencana juga bertujuan untuk membuka jalan para dermawan untuk bersedekah membantu saudara kita yang sedang terkena bencana.

“hidup ini sangatlah singkat, maka dari itu marilah kita mamfaatkan sisa hidup kita untuk berbuat baik dijalan tuhan sebelum sang khalik memanggil kita menghadapnya,” tangkas Muhammad Fahmi Bangsawan.

Sijago Merah Mengamuk Di Desa Bonto Birao, Dua Rumah Ludes


Sijago Merah Mengamuk Di Desa Bonto Birao, Dua Rumah Ludes

Muhammad Ikhlas A.S
Selasa, 17 September 2019 21:35
Tondong Tallasa – Kebakaran menghanguskan rumah warga di Desa Bonto Birao, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan Siang ini. Dua rumah dan 45 karung gabah hangus rata dengan tanah dilahap sijago merah, kerugian di taksir mencapai ratusan juta rupiah akibat kejadian ini.
“penyebab kebakaran diperkirakan bersumber dari korsleting arus pendek listrik,” tutur Kapolsek Tondong Tallasa, Iptu Marsuki, Selasa (17/09/2019).
Menurut kesaksian warga, api pertama kali muncul dan mebakar bagian belakang rumah korban milik Suyuti. Kemudian menjalar dan menghanguskan rumah korban lainnya milik Mahmud Dg. Ngola.
“pada saat api sudah berkobar, warga berdatangan dan membantu memadaamkan api dengan peralatan seadanya,” ujar Iptu Marsuki.Proses pemadaman api sempat berlangsung secara dramatis dimana api dipadamkan secara manual karena mobil pemadam kebakaran (Damkar) dari Pemkab Pangkep tidak mampu untuk sampai ke lokasi kejadian dikarenakan kondisi jalan dan pendakian yang terjal.
“kebakaran ini terjdai sekitar pukul 11:30 Wita , dua rumah ludes terbakar” Ungkap Hasbih salah satu warga yang ditemui dilokasi kejadian.
Hasbi mengatakan dua rumah yang ludes terbakar itu milik Bapak Suyuti dan mertuanya.
“Meski demikian tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini”. Jelasnya.

Sunday, September 15, 2019

TERUNTUK IBU

TERUNTUK IBU


Karya : M. Ikhlas A.S


Ibu....

Jika kau ibarat tetesan air hujan,
Maka aku akan jadi sinar mentari yang selalu menyinari.
Kau terjatuh tapi tak pernah menyerah,
Maka aku akan terus bersinar agar kau tetap kering.

Jika kau ibarat goresan luka berdarah,
Maka aku akan jadi lintah yang berlumuran darah.
Kau basah karena darah perih luka itu,
Maka akulah yang akan meyerapnya.

Nasihatmu dahulu selalu aku abaikan.
Ocehanmu tiada pernah aku peduli.
Amarahmu padaku kuanggap omong kosong,
Tapi kau tetap saja melontarkan lisan bermakna nasihat.

Aku melihat tetesan air dari pelupuk matamu,
Aku sangka itu air mata sucimu yang terjatuh,
Tapi kau tiada pernah mengatakan bahwa itu air mata,
Kau tetap saja melontarkan lisan "ini hanyalah cucuran keringat".

Nampak jelas dimatamu kau sembunyikan luka,
Yang tiada sedikitpun kau ingin aku mengetahuinya.
Perjuanganmu dalam membesarkan anakmu,
Tiada pernah bisa aku ukur dengan timbangan dunia.

Ibu engkaulah bidadari duniaku.
Ibu engkaulah malaikat dan segalanya bagiku.
Terima kasih ibu engkau selalu mengasihi aku.
Kasih sayangmu tiada henti dan budimu belum mampu ku balas.

Jangan pernah kau lelah menuntun langkahku.
Jangan pernah kau bosan mendengar keluh kesahku.
karena jembatan untuk aku dan tuhanku,
Ialah doa restu darimu ibu.



Bantimurung, 17 September 2019

Monday, September 9, 2019




AKU TAK PANDAI MENJELASKAN RINDU
By : M. Ikhlas A.S




Lama sudah rasanya jemari tak menari
Tak banyak lagi kata berbaris rapi
Bak sekumpulan tentara mati dalam medan perang tertusuk belati
Aku tak tau harus bagaimana lagi?
Aku tak tau harus buat apa lagi?
Kucoba menatap kebelakang
Kudapati kertas putih itu kosong dan berserakan
Pena mungil itu tak lagi melintas
Bah pengemudi dalam padatnya lalu lintas
Lama sudah kita tak bersua
Tiada terasa kini kau tlah latut dalam kejamnya roda waktu
Tak dapat kau pungkiri itu
Kau begitu lelap dalam tidur panjangmu
Segala cita dan angan lebur dalam satu mimpi
Aku tak tau harus bagaimana lagi?
Sebab aku tak begitu pandai menjelaskan rindu


Makassar-13 Des 2018

  SANG PENAKLUK ANGAN  Oleh : Muh ikhlas asrul sani   Sebelum paras mentari terlukis jelas dihadapku  Timbul bak ingin mengintip paras mungi...